11 Negara Dengan Subsidi Bbm Terbesar Di Dunia



11 Negara Dengan Subsidi Bbm Terbesar Di Dunia [ www.BlogApaAja.com ]
Beberapa negara termasuk Indonesia harus memberi subsidi terhadap BBM yang menjadi konsumsi rakyat.

Ditinjau dari aspek makro ekonomi, Subsidi BBM akan memberikan dampak untuk menekan naiknya biaya produksi barang dan jasa yang menggunakan BBM, seperti home industry, industri manufaktur, perusahaan jasa transfortasi. Kenaikan biaya produksi, akan mangakibatkan kenaikan harga barang dan jasa.

Efek dari kenaikan BBM ini akan menyumbang kemiskinan dan terciptanya penggangguran. Sebab, banyak perusahaan akan melepaskan sebagian tenaga kerjanya untuk tetap mempertahankan keuntungan mereka yang maksimal. Efek lain jika kenaikan BBM sementara pendapatan masyarakat tidak meningkat, maka akibatnya adalah turunnya daya beli masyarakat. Jika ini yang terjadi maka akan terjadi kelesuan ekonomi.

Dalam hal ini Indonesia masuk di peringkat sembilan dan mencatatkan diri sebagai negara dengan harga bensin termurah di Asia.

Dalam hal ini Indonesia masuk di peringkat sembilan dan mencatatkan diri sebagai negara dengan harga bensin termurah di Asia. Berikut daftar 11 negera yang memiliki subsidi BBM Terbesar di Dunia, yakni:

1. Iran

Iran menempati urutan teratas sebagai negara dengan dukungan subsidi terbesar dari pemerintah untuk konsumsi minyak dalam negeri. Pada tahun 2010, Iran menghabiskan US$80 miliar untuk subsidi agar rakyat mereka dapat menikmati bensin dengan harga murah.

Agar tidak terlalu membebani keuangan negara, Iran telah menempuh beberapa cara untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak. Legislatif menyetujui langkah pemerintah untuk menaikkan harga BBM dengan kompensasi melalui pembayaran tunai kepada rakyat. Namun, sebagian orang mengkampanyekan bahwa program ini sia-sia dan mencerminkan ketidakadilan sosial.

2. Arab Saudi

Di Arab harga satu galon bensin lebih murah dibandingkan dengan sebotol air karena mendapatkan subsidi yang besar dari pemerintah. Harga minyak yang sangat murah memicu konsumsi dari masyarakat secara besar-besaran. Konsumsi dengan volume besar digunakan untuk listrik, di mana hal ini sudah mulai ditinggalkan oleh negara lain. Arab Saudi menjual listrik kurang dari sepertiga harga internasional. Konsumsi listrik meningkat drastis saat bulan-bulan musim panas dimana suhu dapat mencapai 49 derajat Celcius.

3. Rusia

Badan Energi International atau (IEA) mencatat bahwa biaya subsidi Rusia pada tahun 2010 sebesar US$39,3 miliar. Sekitar 60 persen gas alam yang dihasilkan, dijual dengan harga murah karena disubsidi pemerintah. Konsumen utamanya para pebisnis Rusia, swasta, dan sistem pemanas yang tidak efisien.

Pemerintah Rusia tahun 2006 berencana untuk mereformasi sistem subsidi dan mencapai paritas antara harga gas alam untuk dijual di dalam negeri dan bahan bakar untuk diekspor ke Eropa. Akibatnya, harga BBM meningkat, namun masih jauh dari kesetaraan.

4. India

Biasanya subsidi besar terhadap bahan bakar minyak terjadi di negara pengekspor minyak. Namun, tidak demikaian halnya dengan India sebagai negara importir minyak. India memiliki subsidi tertinggi di antara negara importir minyak lainnya yakni mencapai US$22 miliar pada tahun 2010.

Seperempat dari 1,2 miliar penduduk India hidup di bawah garis kemiskinan. Namun, ironisnya subsidi bahan bakar minyak yang tinggi ini tidak dinikmati warga miskin malah cenderung dinikmati orang kaya.

5. China

Meskipun China dengan cepat mengembangkan energi terbarukan, namun belum mampu mengimbangi konsumsi energi batu bara yang memenuhi 80 persen dari energi nasional. China adalah salah satu dari sedikit negara yang mensubsidi batu bara hitam. Di mana konsumsi negara tersebut sama dengan konsumsi Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang jika digabungkan.

6. Mesir

Jumlah subsidi di Mesir US$20,3 miliar pada tahun 2010. Menempatkan harga bensin di Mesir termasuk terendah di dunia. Meski pun Mesir merupakan negara penghasil minyak dalam jumlah besar, negara ini mengonsumsi 90 persen bahan bakar untuk kebutuhan dalam negeri.

7. Venezuela

Menurut data yang dikumpulkan oleh The German Society for International Cooperation (GIZ) harga bensin di Venezuela hanya 2 sen per liter. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan negara-negara lain di dunia. Biaya subsidi yang dikeluarkan Venezuela sebesar US$20 miliar pada tahun 2010 dan dianggap sebagai sebagai salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

8. Uni Emirat Arab

Berdasarkan catatan Badan Energi Internasional, biaya subsidi di Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$2.500 per orang pada tahun 2010. UEA merupakan negara kedua penghasil minyak dan gas alam di dunia. Namun, permintaan domestik mengharuskan negara mengimpor gas alam untuk kebutuhan dalam negeri dan mengurangi volume bahan bakar cair yang tersedia untuk ekspor.

9. Indonesia

Harga bensin di Indonesia merupakan harga bensin termurah di Asia. Namun, biaya yang harus dibayar untuk menggantinya sebesar US$16 miliar pada tahun 2010 yang menyebabkan anggaran negara membengkak.

Seperti halnya Mesir, Indonesia mendorong konsumen beralih ke gas alam cair yang lebih murah. Langkah signifikan untuk mengurangi subsidi terhadap bahan bakar minyak pun telah dilakukan dengan program konversi minyak tanah ke LPG sebagai bahan bakar untuk memasak.

Pada 1 April 2012, Pemerintah Indonesia berencana menaikkan harga BBM sebesar 33 persen. Namun, hal tersebut urung dilakukan karena lebih dari protes warga yang berujung pada kericuhan di depan Gedung MPR/DPR, Jakarta.

10. Uzbekistan

Uzbekistan menghabiskan US$12 miliar pada tahun 2010 atau setara dengan hampir sepertiga produk domestik bruto negara tersebut. Uang dihabiskan untuk subsidi. Bukan untuk pembangunan infrastruktur yang justru dibutuhkan dalam rangka pengembangan ekonomi.

11. Amerika Serikat

Meskipun negara maju tidak memilki subsidi secara langsung kepada masyarakatnya, keringanan pajak mengurangi biaya produksi dan meningkatkan konsumsi di negara ini. Keringanan pajak AS, seperti membebankan biaya eksplorasi dan pengembangan sehingga membuat subsidi bahan bakar minyak meningkat menjadi US$5 miliar.

Follow On Twitter