Jakarta, Pekerja seringkali dihadapkan pada situasi yang berisiko bagi kesehatannya, bahkan dari tempat kerjanya sendiri seperti akibat terlalu lama duduk atau berada di pabrik yang berpolusi tinggi.
Oleh karena itu perusahaan yang baik tentu akan memperhatikan hal semacam ini dan memberikan hak yang sesuai dengan risiko pekerjaan yang diberikan.
Lagipula sebelumnya sebuah studi pernah mengungkapkan bahwa pekerja yang diberi hak secara memadai cenderung lebih produktif dan inovatif.
Senada dengan hal itu, sebuah studi mengemukakan bahwa pekerja yang mendapatkan jatah cuti ketika sakit terbukti lebih sehat dibandingkan pekerja yang tidak mendapatkannya.
Menurut laporan National Institute for Occupational Safety and Health, US Centers for Disease Control and Prevention, pekerja yang mendapat cuti sakit 28 persen lebih cenderung tidak cedera.
Peneliti menekankan bahwa pekerja yang bergerak di bidang industri berisiko tinggi seperti konstruksi, pabrikan dan industri kesehatan yang sering mengalami nyeri, keseleo, patah tulang dan luka kronis mendapatkan keuntungan paling banyak dari kebijakan ini.
Oleh karena itu, peneliti memperingatkan jika pekerja yang sakit atau stres tidak mendapatkan waktu rehat dari pekerjaannya maka risiko cederanya akan semakin besar.
Studi sebelumnya juga melaporkan bahwa kurang tidur, kelelahan dan penggunaan obat-obatan tertentu bisa berkontribusi terhadap cedera yang terjadi di tempat kerja.
"Banyak pekerja yang merasa tertekan untuk bekerja di saat mereka sakit, terlebih karena takut kehilangan penghasilan mereka. Semakin sedikit orang yang tetap bekerja saat sakit maka hal ini akan mendorong situasi kerja yang lebih aman dan semakin sedikitnya cedera yang mungkin terjadi di tempat kerja," ujar ketua tim peneliti Abay Asfaw seperti dilansir dari HealthDay, Kamis (2/8/2012).
Studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Public Health.
Oleh karena itu perusahaan yang baik tentu akan memperhatikan hal semacam ini dan memberikan hak yang sesuai dengan risiko pekerjaan yang diberikan.
Lagipula sebelumnya sebuah studi pernah mengungkapkan bahwa pekerja yang diberi hak secara memadai cenderung lebih produktif dan inovatif.
Senada dengan hal itu, sebuah studi mengemukakan bahwa pekerja yang mendapatkan jatah cuti ketika sakit terbukti lebih sehat dibandingkan pekerja yang tidak mendapatkannya.
Menurut laporan National Institute for Occupational Safety and Health, US Centers for Disease Control and Prevention, pekerja yang mendapat cuti sakit 28 persen lebih cenderung tidak cedera.
Peneliti menekankan bahwa pekerja yang bergerak di bidang industri berisiko tinggi seperti konstruksi, pabrikan dan industri kesehatan yang sering mengalami nyeri, keseleo, patah tulang dan luka kronis mendapatkan keuntungan paling banyak dari kebijakan ini.
Oleh karena itu, peneliti memperingatkan jika pekerja yang sakit atau stres tidak mendapatkan waktu rehat dari pekerjaannya maka risiko cederanya akan semakin besar.
Studi sebelumnya juga melaporkan bahwa kurang tidur, kelelahan dan penggunaan obat-obatan tertentu bisa berkontribusi terhadap cedera yang terjadi di tempat kerja.
"Banyak pekerja yang merasa tertekan untuk bekerja di saat mereka sakit, terlebih karena takut kehilangan penghasilan mereka. Semakin sedikit orang yang tetap bekerja saat sakit maka hal ini akan mendorong situasi kerja yang lebih aman dan semakin sedikitnya cedera yang mungkin terjadi di tempat kerja," ujar ketua tim peneliti Abay Asfaw seperti dilansir dari HealthDay, Kamis (2/8/2012).
Studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Public Health.